Hendaklah sang suami itu sadar, bahwa ia tidak akan
mendapatkan seorang istri yang bebas dari kekurangan. Boleh jadi istrinya itu
dengan segala kekurangan yang ada, tetap lebih baik daripada sekian wanita
lainnya, hanya saja ia tidak melihat kekurangan atau aib wanita lainnya itu.
“Suamiku sering
menyebut nyebut kelebihan wanita lain di depanku. Seolah-olah dia menyesal menikah denganku…..” ujar seorang
ibu. Tampak kesedihan terpancar dari wajahnya dan kedua matanya pun
berkaca-kaca. Memang, adakalanya seorang suami tidak puas dengan keadaan istrinya.
Ia selalu mengingat kekurangan istrinya dan membandingkannya dengan wanita
lain. Boleh jadi kekurangan istri dirasa cukup berat bagi suami, akan tetapi
dalam waktu yang sama, sang istri sesungguhnya juga memiliki banyak kelebihan atau keistimewaan, serta sekian banyak sifat
yang terpuji.
Suami harus
berhati-hati di dalam mengambil sikap. Jangan sampai ia menilai dan menghukum
istrinya hanya melalui aib-aibnya saja,
akan tetapi ia harus melihat kebaikan dan keburukannya, serta kelebihan dan
kekurangannya secara bersamaan. Janganlah ia memberikan keputusan berdasarkan
satu sudut pandang saja. Janganlah ia membenci istri karena satu
perilaku yang menjadi bagian dari tabiatnya.
Jika ingin mengenal hal
itu peganglah kertas dan pena dan
tulislah kelebihan-kelebihan istrimu dan kekurangan-kekurangannya, tentu engkau
akan melihat bahwa kelebihannya jauh lebih banyak daripada kekurangannya.
Ketahuilah bahwa
dalam kehidupan rumah tangga tidak memungkinkan bagimu untuk mendapatkan
seorang istri yang seratus persen sesuai dengan kriteria yang engkau inginkan. Sudah
tentu terdapat perbedaan karakter dan sudah tentu pula bahwa engkau akan melihat sesuatu yang
mengagumkanmu dan sesuatu yang tidak menyenangkanmu.
Ketahuilah hai
para suami, istrimu tidak dan tidak akan seratus persen sebagaimana yang engkau
inginkan, sebab ia menerima pendidikan yang berbeda dengan pendidikan yang
engkau dapatkan, serta memiliki tabiat
yang berbeda dengan tabiat yang ada pada dirimu.
Terkadang ia memang mirip
denganmu dalam beberapa hal, namun berbeda dalam hal lainnya.
Oleh karena
itu, terimalah kenyataan ini. Janganlah engkau melawan kehidupan dan hendak
mengalahkan tabiat yang sudah mengakar, karena tidak mudah mengubahnya,
sekalipun hal itu mungkin, akan tetapi jelas memerlukan waktu yang cukup
panjang dan kesabaran yang mendalam, latihan secara terus menerus, nafas yang
panjang dan jiwa yang tabah.
Selain kurang sabar
terhadap kekurangannya, kadang para suami suka melecehkan akal para istrinya
dan cara dia berfikir. Suami yang melakukan hal seperti ini sebenarnya hanya
menyebarkan keletihan dan tidak mencari kebahagiaan rumah tangga.
Demikian juga
, ia adalah seorang suami yang tidak pantas mendapatkan penghormatan dari
istrinya, karena yang namanya penghormatan itu adalah sesuatu yang bersifat
timbal balik. Sepanjang engkau tidak menghormati orang lain, maka orang tersebut
tidak akan menghormatimu, kecuali jika engkau mau hormat kepadanya. Seorang istri
yang merasakan bahwa suami melakukan hal seperti ini, yaitu pelecehan terhadap
akalnya dan caranya dalam berpikir, maka
istri tersebut tidak akan memberikan cintanya kepada suaminya.
Ada persoalan
yang dipahami secara keliru oleh kaum laki-laki. Yaitu bahwa mereka menganggap akal wanita itu lemah dan kurang cerdas, serta cara
berpikirnya bengkok, kurang lurus dan bahwa ia tidak mungkin memiliki pendapat
yang lurus.
Pendapat dan anggapan ini sama
sekali tidak ada dasarnya dan jelas sekali tidak benar. Sumbernya adalah
pemahaman yang keliru mengenai beberapa hadits yang berbicara tentang masalah
ini.
Akal wanita
adalah akal yang harus dihormati. Ada sebagian wanita yang memiliki keistimewaan
berupa kecerdasan akal yang lebih hebat dibandingkan kaum laki-laki. Contoh untuk
hal ini sangatlah banyak.
Akan tetapi,
bagaimanapun, kecerdasan akal wanita dijadikan oleh Allah dengan garis yang
berbeda dari garis kecerdasan laki-laki. Ia merupakan kecerdasan jenis khusus. Oleh
karena itu ia memiliki
perhatian-perhatian khusus. Itu merupakan hikmah agung yang hanya diketahui
oleh Allah.
Boleh jadi
hal itu untuk memperkaya kehidupan, sehingga kehidupan ini menjadi lebih
bervariasi dan agar laki-laki tidak berkuasa dengan akalnya saja, akan tetapi
perasaan wanita yang menggelora itu juga memberikan makna lain bagi kehidupan.
Adapun jika dasar
keyakinan pada diri laki-laki berkenaan dengan akal wanita bukanlah bagaimana
dijelaskan diatas dan memang ia telah menikahi yang kurang cerdas atau bengkok
pikirannya maka tidak ada alasan baginya untuk menyebutkan hal itu
dihadapannya, atau selalu membodoh-bodohkan pendapatnya.
Ia pun harus menerima
segala kekurangannya, sepanjang ia menjadi istrinya. Adalah tidak adil jika ia
menimbangnya dengan sesuatu yang memang tidak dimiliki olehnya.
Yang tak
kalah penting lagi adalah penyertaan istri terkait dengan urusan rumah tangga. Yaitu
dalam hal berpikir dan merencanakan suatu hal bersama sang suami, serta
bermusyawarah dengannya. Banyak kaum lelaki yang masih berpikiran bahwa “bermusyawarah
dengan wanita hanya akan merobohkan rumah tangga” bisa jadi hal ini ada
benarnya untuk sebagian kaum wanita.
Akan tetapi
ada sebagian kaum wanita atau istri yang bila diajak bermusyawarah, maka akal
pikiran atau pendapatnya akan bisa memecahkan sekian banyak masalah yang
dihadapi….. Rasulullah pun tidak segan untuk meminta pendapat istrinya…. Jadi………
jangan segan untuk mencontoh Rasulullah dalam masalah ini. ( Tulisan
Moelyadi dalam Perkawinan dan Keluarga No. 465/2011 hal 19-22)