- SELAMAT BERQURBAN SEMOGA MENINGKATKAN KESHALIHAH SOSIAL - SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU BAGI PASANGAN YANG BARU MENIKAH- IKUTI KURSUS PRANIKAH BAGI PASANGAN CALON YANG AKAN MENIKAH SETIAP HARI RABU - CEK BUKU NIKAH ANDA DI http://simkah.kemenag.go.id/infonikah atau klik SIMKAH ONLINE - NIKAH DI KANTOR BEBAS BEA- NIKAH DI LUAR KUA RP.600.000 DISETOR KE BANK - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

TEOLOGI DOA

Republika.co.id"Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina." (QS. Al-Mu'min/40: 60)
Secara teologis, ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang malas dan tidak mau berdoa berarti orang yang sombong, tidak tahu diri, dan cenderung durhaka kepada Allah SWT.
Karena itu, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa yang tidak meminta (berdoa) kepada Allah, maka Dia akan marah/murka kepada-Nya."(HR. Ahmad, Turmudzi, dan Ibn Majah)
Sesungguhnya doa merupakan jalan spiritual menuju pertolongan dan kebahagiaan hidup yang hanya dapat dijalani oleh hamba yang mengenal, mencintai, dan menghambakan diri kepada Allah SWT.
Doa merupakan sumber kekuatan, harapan, dan kenikmatan Mukmin, karena hatinya senantiasa tertambat melalui doa dengan Sang Kekasihnya yang Maha Penyayang.
Oleh sebab itu, Nabi SAW bersabda: "Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak bisa berdoa; sedangkan orang yang paling bakhil adalah orang yang pelit memberi salam (kepada sesama)." (HR. Ibnu Hibban).
Secara teologis, doa juga merupakan jalan keluar (solusi) bagi orang-orang yang dihadapkan kepada berbagai persoalan dan kebuntuan dalam hidupnya.
Doa menjadi  kunci pembuka sekaligus pintu keluar menuju pencapaian cita-cita dan harapan hidup sang pendoa. Esensi doa adalah permohonan hamba kepada Allah SWT agar diberikaninayah (perhatian), ma'unah (pertolongan), dan hidayah (bimbingan, petunjuk jalan) menuju solusi persoalan dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Berdoa hanya pada waktu susah dan meninggalkannya pada saat bahagia merupakan perilaku orang lupa (lupa diri dan lupa Allah).
"Dan apabila Kami beri kenikmatan kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa." (QS Fushshilat/41: 51).
Dalam konteks ini, Nabi SAW bersabda: "Barangsiapa yang ingin agar doanya di waktu kesusahan dikabulkan oleh Allah, maka hendaklah ia memperbanyak doa di waktu lapang dan bahagia." (HR. Turmudzi dan al-Hakim).
Berdoa membelajarkan diri kita untuk selalu berada dalam oase transendental dengan Sang Maha Pemberi, sehingga dengan begitu Mukmin selalu memiliki optimisme tinggi dalam hidupnya.
"Apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka ketahuilah bahwa Aku itu Maha Dekat. Aku akan merespon doa orang yang berdoa kepada-Ku.Karena itu, hendaklah mereka merespon perintah-Ku dan mempercayai-Ku, semoga mereka mendapatkan petunjuk." (QS. al-Baqarah/2: 186).
Jadi, karena Allah itu Maha Dekat, maka tidak ada alasan bagi hamba untuk tidak berdoa demi peningkatan kualitas hidupnya ke depan.
Momentum Ramadhan untuk mengoptimalkan doa secara teologis mendapat garansi dari Nabi SAW. "Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak (oleh Allah), yaitu: doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang terzalimi. (HR.At-Turmudzi)

Di bulan Ramadhan ini, mengoptimalkan doa merupakan salah satu bukti penghambaan, pengabdian, dan rasa tawakkal hamba kepada-Nya.
Selain itu, berdoa sesungguhnya tidak sekadar merupakan permohonan, melainkan juga puji-pujian hamba atas segala keagungan, kemuliaan, kebesaran, kemurahan, dan kemahakuasaan-Nya, sehingga pendoa harus tahu diri: mau menyucikan diri, mengakui segala kekurangan dan kefakirannya, menjauhi segala kemaksiatan dan dosa, agar doanya didengar dan direspon oleh-Nya.
Secara teologis,  agar dikabulkan, doa harus dikawal dengan beramal, berusaha dan berbuat sesuai dengan apa yang dimohonkan kepada Allah.
Jika misalnya memohon kekayaan dari Allah, maka hamba harus bekerja keras, halal dan thayyib, untuk meraih yang dimohonkan itu.
Selain itu, hamba juga tidak boleh berputus asa, bahkan harus selalu berbaik sangka dengan Allah bahwa doanya pasti dikabulkan (sesuai dengan kebijaksanaan Allah).
Ketahuilah, "Allah itu Maha Baik, dan tidak menyukai kecuali yang baik-baik," kemudian Nabi SAW menyebutkan mengenai seseorang yang datang dari perjalanan jauh dengan rambut acak-acakan (kusut) dan wajah berdebu, mengangkat tangannya ke langit sambil berdoa: Ya Tuhanku, ya Tuhanku.
Selanjutnya beliau berkata: "Bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan oleh Allah, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan pakaiannya haram" (HR. Muslim). Semoga kita termasuk orang yang pandai dan sukses berdoa kepada Allah SWT, terutama di bulan suci ini.


INDEKS KEISLAMAN DIDOMINASI NEGARA BARAT - SEBUAH REFLEKSI

DetikRamadhan (8/8/2013) - Ranking 1 sampai 37 ditempati negara-negara Barat, negara-negara mayoritas muslim justru terpuruk. Masyarakat muslim gagal bersungguh sungguh memahami dan mengimplementasikan ajaran Islam.

Demikian benang merah paparan Richo Wibowo, mahasiswa program doktor ilmu hukum, yang disampaikan pada tausiyah dan berbagi wawasan sosial Islam di komunitas muslim dan pelajar Indonesia pada buka puasa terakhir di Utrecht, Belanda, Rabu malam atau Kamis (8/8/2013) pagi WIB.
Membedah jurnal hasil penelitian Rehman Scheherazade S dan Hossein Askari dari George Washington University tentang Indeks Keislaman, Richo memaparkan bahwa dari 208 negara yang disusun menurut indeks ini, Selandia Baru justru berada di puncak, Belanda di urutan ke-9. 
Indeks Keislaman versi Rehman dan Askari adalah metode mengukur kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Islam dengan menggunakan empat sub-indeks yang berkaitan dengan ekonomi, hukum dan pemerintahan, kemanusiaan dan hak-hak politik, serta hubungan internasional.
Agama Islam antara lain menekankan tentang perlindungan hak milik pribadi, kepastian eksekusi kontrak, perlindungan kepada kaum miskin papa, tata-pemerintahan yang baik, hak asasi manusia dan sebagainya.
Dari 208 yang diteliti dan disusun oleh Rehman dan Askari berdasarkan indeks tersebut ternyata negara-negara mayoritas berpenduduk muslim justru terpuruk di posisi bawah, tertinggi adalah Malaysia di urutan ke-38, sedangkan Indonesia di posisi ke-140.
"Fenomena di atas disebabkan oleh gagalnya masyarakat Islam dalam bersungguh sungguh memahami dan mengimplementasikan ajaran Islam," ujar Richo, sependapat dengan pemikiran intelektual Muslim Umer Chopra.
Menurut Richo, penelitian Rehman dan Askari memang tidak bertujuan untuk menjelaskan mengapa situasi di atas dapat terjadi, melainkan lebih bertujuan untuk membuat peringkat, yang kelak dapat digunakan oleh pembaca untuk melakukan refleksi apa dan mengapa negaranya berada di suatu peringkat tertentu.
Agamawan di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dinilai terlampau berkutat pada pencerdasan masyarakat di sektor ibadah ritual semata, namun mengabaikan aspek agama yang sifatnya sosial-substansial.
"Dengan kata lain, masalah tersebut disumbang kuat oleh kegagalan umat dalam membangun kualitas pendidikan, sehingga umat terpuruk dalam aneka masalah tanpa paham dengan baik strategi dalam menghadapi masalah. Akibatnya, umat hanya berputar putar di masalah sama," imbuh Rico. 

Berkaca pada Masjid Jogokaryan Yogyakarta

Richo kemudian mengajak untuk melihat pengalaman terbaik di masjid Jogokaryan Yogyakarta. Masjid tersebut mampu mengumpulkan infaq dan shadaqah dari masyarakat untuk difokuskan pada kegiatan sosial, termasuk sektor pendidikan. 
Apabila masjid-masjid pada umumnya bangga mengumumkan sisa saldo infaknya, masjid Jogokaryan selalu berupaya keras agar saldo tersebut bisa kosong. Uang infaq dan shadaqah tersebut selalu diupayakan untuk disalurkan untuk aneka kegiatan, termasuk kepada mereka yang membutuhkan, baik untuk makan hingga untuk biaya sekolah. 
Mengutip keterangan Salim A. Fillah, Rico mengatakan bahwa para takmir masjid tersebut memiliki prinsip "mengumumkan kekayaan masjid sementara ada warga sekitar yang sedang membutuhkan adalah bentuk atas tragedi dalam berdakwah." 
"Apa yang dilakukan oleh takmir tersebut menunjukkan bahwa urusan agama tidak berhenti pada aspek formil semata seperti berinfak atau bersedekah, namun masuk ke substansi bersedekah: memastikan bahwa uang yang disumbangkan tersebut dapat membantu kaum yang lemah dan terpinggirkan," demikian Rico.

3 Keunikan
Koordinator Divisi Sosial Kemasyarakatan PPI Utrecht, Cici Tri Wanita dalam keterangan persnya kepada detikRamadan menyebutkan bahwa kegiatan masyarakat dan pelajar Indonesia di Utrecht selama Ramadan sebagai suatu keunikan.
Keunikan pertama, terdapat pembagian khas antara peran warga dan pelajar dalam melaksanakan kegiatan bersama tersebut. Pembicara untuk kegiatan tausiyah disiapkan oleh warga yang dipayungi organisasi Bina Dakwah dan Stichting Generasi Baru. Sedangkan pembicara untuk wawasan Islam berasal dari pelajar yang tergabung dalam PPI Utrecht. 
Keunikan kedua adalah nuansa multikultur yang amat kental. Audiensnya bukan saja orang Indonesia, tetapi juga umat muslim asli Belanda, Turki, Suriname, Malaysia, dan Singapura.
Keunikan ketiga lahir dari keunikan kedua di atas, yaitu tantangan sekaligus peluang dalam melakukan komunikasi. Sebagaimana terlihat dari jamaah yang hadir, maka terdapat enam bahasa yang digunakan, bahasa Indonesia, Belanda, Inggris, Turki, Melayu, dan Jawa. 
Hambatan komunikasi yang kerap terjadi adalah banyak warga, khususnya non-Indonesia, lebih mahir berkomunikasi dengan bahasa Belanda. Padahal mayoritas pelajar Indonesia tidak mahir berbahasa Belanda, karena kuliah di Belanda menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. 
"Akhirnya untuk kenyamanan semua pihak, dalam komunikasi lebih banyak menggunakan bahasa Inggris. Aneka keterbatasan komunikasi tersebut justru membuat seluruh pihak berupaya melatih kemampuan bahasa mereka," pungkas Cici.
Acara tausiyah dan berbagi wawasan sosial Islam di Utrecht biasanya ditutup dengan acara buka bersama yang disiapkan oleh ibu ibu warga dan pelajar. Kmudian dilanjutkan dengan shalat fardhu dan tarawih bersama.



APLIKASI PERKANTORAN siMAYA

Banten (07/08/2013); Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Direktorat e-Government telah mengembangkan Aplikasi Perkantoran yang diberi nama siMAYA yang dapat dimanfaatkan oleh Pementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah dengan cuma-cuma. Aplikasi ini dikembangkan berdasarkan Tata Naskah Dinas Elekronik yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) No. 6 Tahun 2011 mengenai Tata Naskah Dinas Elektronis di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Implementasi siMAYA sendiri dapat dilakukan melalui 2 metode, yaitu metode cloud computing dan metode non cloud computing. Metode cloud computing dapat dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang tidak mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten untuk merawat infrastruktur dan tidak mempunyai anggaran yang cukup untuk pengadaan infrastruktur tempat siMAYA akan di install. Metode non cloud computing dapat dipilih oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang infrastrukturnya sudah stabil dan mempunyai SDM yang kompeten untuk melakukan pemeliharaan infrastruktur dan aplikasi.

Untuk melakukan implementasi siMAYA Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dapat mengirim surat ke Direktorat e-Government melalui telp (021) 3849366 atau email di monika.suharko@kominfo.go.id.




HISAB 1 SYAWAL 1434H

Gunungjati (01/08/2013); Saat yang ditunggu setelah melaksanakan puasa ramadhan sebulan penuh adalah tiba saatnya lebaran atau Hari Raya Idul Fithri, akankah Idul fithri tahun ini jatuh pada hari yang sama mengingat awal puasa ramadhan kemarin diwarnai perbedaaan selisih 1 hari antara ketetapan Pemerintah dan ketetapan salah satu ormas Islam. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan data perhitungan  ijtima’ dan tinggi bulan serta penetapan awal bulan syawal dari berbagai sumber.
BMKG sebagai institusi pemerintah yang salah satu tupoksinya melayani data tanda waktu menyatakan bahwa  ijtima’ awal bulan syawal  akan terjadi pada hari RABU tanggal 07 Agustus 2013 pukul 04.51WIB atau 05:51 WITA atau 06:51 WIT, yaitu ketika nilai bujur ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 134,582o. Jarak sudut Matahari dan Bulan (elongasi) sebesar 4,991o dan periode sinodis bulan sendiri terhitung sejak konjungsi sebelumnya dan hingga konjungsi yang akan datang adalah 29 hari 14 jam 36 menit.  Adapun tinggi bulan pada saat ijtima’ untuk pengamatan di Pelabuhan Ratu dari horizon teramati saat matahari terbenam tanggal 07 Agustus 2013 adalah 03o50,91’
Menurut Kalender Kementerian Agama dalam data hisabnya disebutkan bahwa Ijtima’ awal bulan ramadhan ini terjadi pada hari Rabu tanggal 07 Agustus 2013 pukul 04:51 WIB saat matahari terbenam tinggi hilal +04o08’29” dengan demikian tanggal 1 syawal 1434 jatuh pada hari kamis tanggal 8 Agustus 2013. Azimut matahari +286o17’52”, azimut bulan 280o16’53”. Ketentuan penetapan 1 syawal berpedoman pada keputusan sidang isbat yang langsung diumumkan oleh Menteri Agama.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan maklumat no. 04/MLM/1.0/E/2013 tanggal 23 Mei 2013 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1434 H menyatakan bahwa Ijtima’ jelang syawal 1434 terjadi pada hari Rabu, Pon tanggal 7 Agustus 2013 pukul 04:52:19 WIB. Tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta adalah +03o54’11” (hilal sudah wujud) dan diseluruh Indonesia pada saat terbenam Matahari itu bulan berada di atas ufuk. 1 Syawal 1434H jatuh pada hari Kamis Wage, 8 Agustus 2013.

Kalau dilihat dari data diatas maka semuanya sepakat bahwa Idul fithri 1434H akan jatuh pada tanggal 08 Agustus 2013, tinggal menunggu diputuskan pada sidang isbat nanti tanggal 07 Agustus 2013 apakah bulan terlihat atau tidak. Tetapi apabila dikaitkan dengan kriteria MABIMS maka tinggi bulan antara 3o -4o mestinya bisa dilihat oleh mata ketika rukyat nanti. Disebagian besar negara Arab dan afrika juga mereka akan merayakan idul fitri tanggal 08 Agustus 2013 sebagaimana dilansir Makkah Calender.


Penulis adalah orang yang tidak terlalu paham tentang ilmu falak dan perhitungan hisab, tetapi pernah sedikit belajar tentang ilmu falak ini dalam mata kuliah di Institut. Yang saya amati biasanya ijtima’ ini terjadi pada tanggal 29 pada bulan tersebut, kemudian dianalisa berdasarkan tinggi bulan dan faktor lain apakah besok harinya sudah bulan baru atau belum, sehingga ketika sudah mencukupi kriteria maka besok harinya ditetapkan sebagai bulan baru berarti bulan yang sedang berjalan cuma 29 hari, namun bila tidak mencukupi kriteria maka digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari dan bulan baru dimulai 2 hari kedepan (lusa). Pada kasus perhitungan awal bulan syawal 1434H ini, ijtima’ menurut versi Kalender Kementerian Agama terjadi pada tanggal 07 Agustus 2013 atau pada 29 Ramadhan 1434 H sudah sesuai dengan anggapan saya tersebut. Akan tetapi menurut perhitungan PP Muhammadiyah yang juga menetapkan Ijtima’ terjadi tanggal 07 Agustus 2013 terjadi pada tanggal 30 Ramadhan 1434H. Jadi tidak ada pilihan lagi bagi Muhammadiyah untuk besok hari tidak lebaran karena tidak mungkin bulan qamariyah berumur 31 hari, namun menurut kalender Kementerian Agama ada kemungkinan untuk berlebaran pada tanggal 9 Agustus apabila bulan tidak bisa dirukyat tanggal 07 Agustus walaupun menurut kriteria sudah visible dan sudah diatas ufuk. Untuk itu perlu kiranya pemerintah ( Kementerian Agama) beserta Ormas Islam pawa awal tahun duduk bersama menyusun kalender Hijriyah sehingga perbedaan ini bisa diminimalisir. Semoga bermanfaat.
Copyright © 2011-2099 KUA GUNUNGJATI - Dami Tripel Template Level 2 by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.
Valid HTML5 by Ardi Bloggerstranger